Selasa, 26 Januari 2010

Kebijaksanaan

Sebagai makhluk hidup yang di ciptakan oleh Tuhan, kita manusia diberikan olehNya berbagai macam potensi, baik akal, kecerdasan, dan hati nurani. manusia diciptakan dari segumpal tanah, dan kembalinya pun kapada tanah. jika kita tahu akan hal itu, mengapa kadang kita merasa bingung. Allah memberikan akal untuk kita pergunakan. dewasa ini kita temui para remaja dan anak muda mencoba menghilangkan akalnya dengan obat-obatan dan alkohol serta minuman yang memabukkan. bayangkan saja, akal yang kita gunakan untuk membedakan yang baik dan yang tidak, itu hilang. apa jadinya?
Allah juga menciptakan kecerdasan pada manusia, kecerdasan ini tidak terdapat pada makhluk seperti binatang, tumbuhan dan hewan melata, yang pada intinya mereka tidak dikaruniai akal oleh Tuhan. bayangkan jika manusia itu hilang akal, ia tak bisa lagi membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. parahnya , hal ini di sengaja.
Allah juga menciptakan hati, yang didalam bahasa arab al qalb, al qalb ini pada asal katanya bermakna yang bisa berbolak-balik, jadi sifat hati ini cenderung berbolak-balik.
jadi diatas akal pikiran ada hati nurani, di mana hati nurani inilah yang dapat memberi keputusan dengan bijaksana.
ada satu kisah yang membuat penulis kagum, dikisahkan seorang guru yang memberikan pelajaran kepada dua orang murid nya, katakan saja si A ini adalah orang yang sangat pintar dalam hal matematika, dan seorang lagi katakan saja si B, yang satu ini kurang pintar namun ia memegang teguh apa yang menjadi pendapatnya,
guru berkata : "wahai muridku berdua, aku ingin bertanya kepadamu berdua, berapa jumlah perkalian 8 x 3 = ?
si A menjawab : jawabannya 24 guru,
guru : kalo kamu/ (mengarah kepada si B)
si B menjawab : 23 wahai guru.
si A : kamu salah, yang benar adalah 24
si B : tidak, yang benar adalah 23,
pertentangan sengit pun terjadi, keduanya saling mempertahankan jawabannya.
si A : aku berani bertaruh, jika jawaban ku salah, aku akan pergi dari sini
si B : aku juga bertaruh, apabila jawaban ku salah, penggallah leherku.
kemudian keduanya mengadu kepada guru tentang kejadian itu.
guru menjawab : yang benar adalah si B, yah benar engkau
lalu si A pun kesal dan lalu ia bergegas pergi meninggalkan temannya. dia sangat menyesalkan gurunya yang membela terhadap yang salah. setelah lama berjalan, si A merasa letih dan kelaparan, tak ada lagi tujuan kemana ia akan pergi, lalu akhirnya ia memutuskan untuk kembali kepada gurunya, guru dan si B menunggu dan menyambut dengan gembira, guru menasehati si A, wahai muridku, seandainya semalam aku membenarkan jawaban mu, maka kamu akan kehilangan temanmu selamanya,...semua terdiam.