Jumat, 15 Juni 2012

SUPERVISI PENDIDIKAN


A. Pengertian
1. Secara Etimologis
Dilihat dari sudut etimologi, supervisi bersal dari kata super dan vision yang berarti atas dan penglihatan. Jadi secara etimologis, supervisi berarti penglihatan dari atas.
Pengertian seperti ini merupakan arti kiasan yang menggambarkan suatu posisi yang melihat berkedudukan lebih tinggi daripada yang dilihat.
Contoh: Kakanwil mensupervisi Kakandep Kabupaten dan Kakandep tingkat Kabupaten mensupervisi Kakandep tingkat Kecamatan dan seterusnya.
Istilah “melihat” dalam hubungannya dengan masalah supervisi searti dengan menilik, mengontrol, mengawasi.
Timbul satu pertanyaan, apakah yang diawasi? Jawaban yang dapat diajukan adalah segala tugas dan tanggung jawab yang dilimpahkan kepada bawahan. Dengan pengertian bahwa tugas dan tanggung jawab itu telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan atau belum. Jika sudah, perlu ditingkatkan. Jika belum, akan dicari sebabnya yang kemudian dicarikan jalan keluar sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
2. Secara Semantik
Yaitu bantuan yang diberikan supervisor kepada guru (bawahan) agar ia mengalami pertumbuhan secara maksimal dan integral baik profesi maupun pribadinya.
Di sini supervisi diharapkan membawa dampak perkembangan secara utuh, baik perkembangan pribadi guru maupun perkembangan profesinya. Guru seperti itu diharapkan mau dan mampu menciptakan situasi belajar mengajar yang baik.
3. Kesimpulan
a. Supervisi bukan usaha pengarahan yang yang membentuk pribadi guru selaras dengan pola yang dikehendaki oleh supervisor, tetapi supervisor membantu guru agar guru berkembang menjadi pribadi yang sesuai dengan kodratnya.
b. Dalam kegiatan supervisi pendidikan bukan hanya profesi guru yang bertumbuh tetapi juga pribadinya.
c. Dalam kegiatan supervisi pendidikan tidak mencari kesalahan guru, tetapi membantu guru agar dapat menemukan masalah yang dihadapi dan bagaimana cara memecahkannya.



B. Tujuan
Guru yang baik adalah guru yang sepanjang hari melaksanakan tugasnya baik di sekolah maupun di rumah. Walaupun guru sebagai manusia biasa yang harus memikul tugas sebagai bapak/ibu rumah tangga yang tidak kurang berat dan pentingnya. Tugas dan tanggung jawab seorang guru tidaklah ringan, hanyan guru yang baik yang mampu bertahan sebagai guru dalam arti yang sesungguhnya.
Seorang supervisor harus mampu melihat dan menyadari hal di atas. Kesadaran inilah yang dapat digunakan sebagai bekal bagi supervisor untuk menolong guru. Sudah barang tentu supervisor yang menyadari tugas dan tangggung jawabnya akan memikul beban tugas yang lebih berat daripada yang dipikul guru.
Tugas pokok supervisor adalah menolong guru agar mampu melihat persoalan yang dihadapi. Guru yang tidak dapat melihat dan merasakan beban seperti yang digambarkan di atas bukanlah guru walaupun berpredikat guru. Jika guru telah dapat melihat persoalan yang dihadapi, maka tugas supervisor adalah menolong para guru agar dapat memecahkan problema yang mereka hadapi itu.
Guru yang dapat berdiri sendiri dan guru yang dapat atau mampu mengarahkan diri sendiri ini merupakan tujuan supervisi pendidikan sesungguhnya.
Supervisor yang baik tidak akan memberikan “ikan” kepada guru-guru, tetapi ia akan berusaha memberikan “kail” agar dapat berdiri sendiri. Sebab dengan kail itulah guru diharapkan dapat memperoleh ikan, itu berarti guru harus mampu berdiri sendiri. (Adam & Dickey dalam bukunya Basic Principles of Supervision, the primary aim of supervision is to aid teachers to become self directive).

C. Situasi Belajar Mengajar Yang Baik
Situasi belajar mengajar dikatakan baik apabila pada waktu pelajaran berlangsung:
1. Terjadi komunikasi dua arah (two way traffic) antara guru dengan murid dan sebaliknya, atau berkembang lebih lanjut terjadi komunikasi antara murid dengan murid (komunikasi banyak arah).
2. Keaktifan tidak hanya pada pihak guru, tetapi para murid diharuskan aktif pula.
3. Murid bukan sekedar objek, namun harus berstatus sebagai subjek.
Oleh karena itu langkah pertama guru adalah harus dapat menimbulkan motivasi belajar pada murid. Guru tidak akan melanjutkan pelajaran sebelum murid memiliki minat untuk belajar.
4. Pelajaran diberikan secara klasikal, namun demikian guru tetap memperhatikan juga perbedaan individual murid (individual differences).
5. Pelajaran tidak harus berlangsung di dalam ruang belajar, tetapi kadangkala dilaksanakan di luar kelas (mis: study tour).
6. Situasi belajar mengajar diarahkan kepada pencapaian tujuan secara maksimal dan integral.
Situasi belajar mengajar dapat tercipta secara baik jika guru:
1. Mampu merumuskan tujuan-tujuan pendidikan
2. Mampu mencari sumber-sumber pengajaran
3. Mampu menyeleksi “text-book”
4. Mampu membuat persiapan mengajar
5. Mampu memahami dan menggunakan metode mengajar
6. Mampu menggunakan AVA
7. Mampu mengatasi problema-problema bathin
8. Bekerja dalam suasana staf yang harmonis
9. Mengenal kebutuhan murid
10. Menyadari betapa pentingnya hubungan sekolah dengan masyarakat (school public relation) yang baik
11. Dll.
Dengan demikian, tujuan supervisi adalah menolong guru agar ia mampu menciptakan situasi belajar mengajar yang baik, maka hal itu merupakan tujuan supervisi secara umum. Sedangkan menolong guru agar ia memiliki kemampuan-kemampuan di atas merupakan tujuan khusus dari supervisi pengajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar