Para
pemikir pendidikan mempunyai ragam dalam menentukan jumlah komponen tsb.
Meskipun pada dasarnya pemahamannya hampir sama.
Subandijah (1993: 4) membagi
kurikulum menjadi :
·
Tujuan
·
Isi/materi
·
Organisasi/strategi
·
Media
·
Komponen proses belajar
Soetopo & soemanto
(1993:26-28) membagi komponen kurikulum atas:
·
Tujuan
·
Isi / struktur program
·
Organisasi & strategi
·
Sarana
·
Evaluasi[1]
Anatomi tubuh kurikulum menurut Prof.Dr.Nana Syaodih S.
adalah:
- Tujuan
- Isi atau materi
- Proses atau penyampaian dan media
- Evaluasi.
Kurikulum harus memepunyai relevansi/ kesesuaian dalam 2
hal:
- kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kondisi dan perkembangan masyarakat.
- Kesesuaian antara komponen/anatomi kurikulum.[2]
Sedang komponen penunjang kurikulum
mencakup:
1. system administrasi dan supervise
2. Pelayanan bimbingan & penyuluhan.
3. Sistem evaluasi
- TUJUAN.
Tujuan adalah hal yang paling
penting , yakni hal yang ingin dicapai secara keseluruhan meliputi tujuan
domain kognitif, afektif & psikomotor.
Tujuan
pendidikan yang berkaitan dengan perwujudan domain-domain anak didik di
upayakan melalui suatu proses pendidikan , yang kalau dibuat secara berurutan
,tujuan pendidikan itu sbb:
- Tujuan Pendidikan Nasional.
- Tujuan Institusional.
- Tujuan Kurikuler.
- Tujuan Instruksional
-
Tujuan Instruksional Umum
-
Tujuan Instruksional Khusus.[3]
·
Tujuan pendidikan Nasional
adalah tujuan jangka panjang, tujuan ideal pendidikan bangsa Indonesia.
·
Tujuan Institusional
merupakan sasaran pendidikan suatu lembaga pendidikan.
·
Tujuan kurikuler adalah
tujuan yang ingin dicapai oleh sesuatu program studi.
·
Tujuan Instruksional
merupakan target yang harus oleh sesuatu mata pelajaran.
·
Tujuan instruksional umum/
khusus adalah tujuan pokok bahasan. Yaitu sasaran-sasaran khusus yang lebih
konkrit, sempit, dan terbatas.
Dalam kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas, tujuan-tujuan khusus
lebih diutamakan, karena lebih jelas dan mudah pencapaiannya, karena ojektive
dan bersifat operasional.Tujuan demikian akan menggambarkan “ what will the
student be able to do as a result of the teaching that he was unable to do
before” (Rowntree,1974:5) .
Tujuan –tujuan mengajar dibedakan atas beberapa kategori,sesuai dengan
prilaku yang menjadi sasarannya;
·
Gage and Briggs
mengemukakan lima
kategori tujuan, yaitu intellectual skills, cognitive strategies, verbal
information, motor skiils and attitudes(1974, hlm.23-24).
·
Bloom mengemukakan tiga
kategori tujuan sesuai dengan domain-domain prilaku individu , yaitu domain kognitif(intelektual
atau berfikir), afektif(penguasaan dan pengembangan perasaan,
sikap,minat dan nilai-nilai), dan psikomotor (penguasaan dan
pengembangan keterampilan motorik).
Bloom (1975)
membagi domain kognitif atas enam tingkatan dari yang paling rendah , yaitu:
-
pengetahuan.
-
Pemahaman.
-
Aplikasi
-
Analisis
-
Sintesis
-
Evaluasi
Untuk domain
afektif Krathwohl dan kawan-kawan (1974) membaginya tas 5 tingkatan yang juga
berjenjang, yaitu:
-
menerima
-
merespon
-
menilai
-
mengorganisasi nilai, dan
-
karakterisasi nilai-nilai.
Untuk domain
Psikomotor, Anita Harrow (1971) membaginya atas 6 jenjang yaitu:
-
Gerak refleks
-
Gerakan-gerakan dasar.
-
Kecakapan mengamati
-
Kecakapan jasmaniah
-
Gerakan-gerakan keterampilan dan
-
Komunikasi yang berkesinambungan.[4]
- BAHAN AJAR
Siswa belajar dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya, linkungan
orang-orang, alat-alat, dan ide-ide. Tugas utama guru adalah menciptakan lingkungan
tersebut, untuk mendorong siswa melakukan interaksi yang produktif dan
memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan.
- Sekuens Bahan Ajar
Untuk mencapai tiap tujuan mengajar yang telah ditentukan diperlukan
bahan ajar. Bahan ajar tersusun dari topik-topik dan sub-subtopik tertentu.
Tiap topic dan subtopic mengandung ide-ide yang relevan dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Topic dan subtopic tsb tersusun dalam sekuens tertentu yang
mebentuk suatu sekuens bahan ajar .
Ada beberapa cara untuk
menyusun sekuens bahan ajar, yaitu:
- sekuens kronologis; untuk menyusun bahan ajar yang mengandung urutan waktu. Seperti sejarah,pperkembangan historis suatu institusi dll
- Sekuens Kausal; siswa dihadapkan pada peristiwa-peristiwa atau situasi yag menjadi sebab atau pendahulu dari suatu peristiwa atau situasi lain. Menurut Rowntree (1974: 75) “ sekuens kausal cocok untu menyusun bahan ajar dalam meteorology dan geomorfologi .
- sekuens structural; Bagian bgian bahan ajar suatu bidang study telah mempunyai struktur tertentu artinya disesuaikan dengan struktur bidang studi itu.
- sekuens logis dan psikologis ; Menurut sekuens logis bahan ajar dimulai dari bagian menuju pada keseluruhan, dari yang sederhana kepada yang kompleks. Sedang menurut sekuens psikologi sebaliknya dari keseluruhan kepada bagian, dari kompleks kepada yang sederhana.( Rowntree1974:77)
- Sekuens spiral ; dikembangkan oleh Bruner(1960) , Bahan ajar dipusatkan pada topic atau pokok bahan tertentu. Dari pokok atau topik itu bahan di perluas dan diperdalam.(kompleks).
- Rangkaian ke belakang(backward chaining)/ Regresif; langkah ini dimulai dengan langkah terakhir dan mundur kebelakang, seperti pada pelajaran sejarah.
- Sekuens berdasarkan hierarki belajar ; prosedurnya adalah : tujuan khusus utama di analisis kemudian dicari urutan bahan ajar untuk mencapai tujuan tsb. Yaitu apa yang mula-mula harus dikuasai siswa berturut-turut sampai perilaku terakhir.[5]
Disamping itu Drs.H. Syaifuddin Sabda.MAg dalam bukunya Model
Kurikulum Terpadu Iptek & Imtaq juga terdapat macam-macam sekuen
sbb:
1.
Fragmented; yang
berarti pemecahan yaitu pemisahan yang tegas antara berbagai bidang study.
2.
Connected; atau
penghubungan dalam model ini adalah dalam bentuk penghubungan topic dengan
topic berikutnya,
3.
Nested ;
model nested juga masih dibangun dalam bentuk sparated subject matter(materi
yang terpisah-pisah) oleh karena itu model ini dilakukan terbatas pada satu bidang studi saja.
4.
Sequenced ;
berarti urutan , penghubungan keduanya(antara dua bidang studi), namun masih
terbatas dan belum benar-benar menjadi sebuah kesatuan yang utuh. Seperti pada
pelajaran IPA dan Agama Islam, ide atau konsep yang sama dasajikan pada waktu
yang sama atau berdekatan.
5.
Shared ;
berarti kerjasama , maka pola sekuen pada materi dalam model ini ditur dengan
cara menggabungkan materi yang ada pada dua bidang studi atau mata pelajaran
baik itu konsep, sikap dan keterampilan yang memiliki kesamaan atau overlapping
digabungkan untuk saling melengkapi dan mendukung.
6.
Webbed; model
ini menggabungkan berbagai mata pelajaran atau bidang studi dengan menggunakan
sebuah tema subur(fertile theme) untuk menjaring konsep, topic dan ide-ide yang
dianggap penting.
7.
Threaded; berarti
rangkaian , maka model sekuen ini
merangkai berbagai materi bahasan pada berbagai bidang studi untuk melatihkan
satu atau beberapa bentuk keterampilan(skill) seperti thingking
skills, social skills, multiple intelegentces, technology and study skills.
8.
Integrated; model
ini melibatkan banyak mata pelajaran/bidang studi yang dikokohkan dalam sebuah
team teaching. Model ini didesain dengan mencari konsep, skills dan attitudes
yng operlaping pada berbagai mata pelajaran yang kemudian dijadikan sebagai
prioritas.
9.
Immersed; model
ini berfokos pada pada kerja siswa/maha siswa(learner). Sekuens materi diatur
secara mandiri oleh siswa/mahasiswa yang bersangkutan sesuai dengan topic dan
rangkaian aktivitas kajian yang dipilih dan direncanakan.
10. Networked; model ini sama halnya dengan
model Immersed hanya saja model ini melibatkan juga beberapa pakar yang terkait
untuk mendukung proyek kajiannya .[6]
3. STRATEGI MENGAJAR
Ada
beberapa strategi mengajar yang dapat digunakan dalam mengajar. Rowntree (1974:
93-97) membagi strategi mengajar menjadi :
1.
Reception/
Exposition Learning – Discovery Learning(Ausubel and Robinson(1969 : 43-45).
Reception dan exposition sesungguhnya mempunyai makna yang sama,
hanya berbeda pelakunya. Reception dilihat dari sisi siswa sedang exposition
diihat dari sisi guru. Dalam kedua istilah ini keseluruhan bahan ajar
disampaikan kepada siswa dalam bentuk akhir atau bentuk jadi, baik secara lisan
maupun tertulis. Siswa tidak dituntut
untuk mengolah maupun melakukan aktivitas lain kecuali menguasainya.
Dalam discovery learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa
dituntuk untuk melakukan berbagai kegiatan
menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan , menganalisis,
mengintegrasikan dll.
2. Rote Learning- Meaningful Learning
Dalam rote learning bahan ajar disampaikan kepada siswa tanpa
memperhatikan arti atau maknanya bagi siswa. Siswa menghapal materi. Dalam
meaningful learning penyampaian bahan mengutamakan maknanya bagi siswa. Yakni
jika bahan ajar berhubungan dengan struktur kognitif yang ada pada siswa ,
yaitu terdiri atas fakta-fakta, data, konsep, preposisi, dalil, hukum dan
teori-teori yang telah dikuasai siswa sebelumnya.
3. Group Learning- Individual lerning.
Pelaksanaannya menuntut aktvitas belajar yang bersifat individual atau
kelompok kecil.Strategi ini agak sukar jika dilaksanakan dikelas. Masalahnya karena
kemampuan dan keceptan balajar tidak sama, masalah lain jika siswanya banyak
mungkin ada yang hanya menunggu dan nonton saja.[7]
4. MEDIA MENGAJAR
Media mengajar merupakan segala macam bentuk perangsang dan alat yang
disediakan untuk mendorong siswa belajar.Rowntree (1974 : 104-113)
mengelompokkan media mengajar menjadi lima
macam dan disebut Modes yaitu:
a.
Interaksi insani:
seperti komunikasi, dan komunikasi nonverbal seperti perilaku, penampilan
fisik, roman muka, gerak, sikap dll.
b.
Realita: yaitu objek
pengamatan seperti orang, binatang, benda-benda, peristiwa dsb.
c.
Pictorial : seperti
gambar, diagram, symbol baik bergerak atau tidak, dibuat diatas kertas, kaset,
film,disket,dll.
d.
Simbol tertulis :
seperti buku teks, buku paket, modul,dll.
e.
Rekaman suara.
Brerbagai bentuk informasi dalam bentuk rekaman suara.[8]
5. EVALUASI PENGAJARAN
Evaluasi bertujuan untuk menilai pencapaian dan proses pelaksanaan
mengajar secara keseluruhan. Tiap kegiatan akan memberikan umpan balik ,
demikian juga dalam pencapaian tujuan belajar dan proses pelaksanaan mengajar.
Umpan balik tsb digunakan untuk mengadakan berbagai usaha penyempurnaan baik
bagi penentuan dan perumusan tujuan mengajar, penentuan sekuens bahan ajar,
strategi, dan media mengajar.
MODEL-MODEL
PENGEMBANGAN KURIKULUM
- The Administrative Model
Inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari para administrator
pendidikan( dirjen, direktur, atau kepala kantor wilayah) dan menggunakan
prosedur administrasi. Mereka membentuk suatu tim yang terdiri atas pejabat
dibawahnya, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu dll yng
merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan kebijakan dan strategi utama
dalam pengembangan kurikulum.[9]
- The Grass Roots model.
Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum bukan datang dari atas, tapi
dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Dalam hal ini para guru atau sekolah
mengadakan pengembangan dan penyempurnaan dalam hal berkenaan dengan suatu
komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang study. Hal ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana dan paling tahu dengan
kebutuhan kelasnya.[10]
- Beaucamp`s system.
Model pengembangan kurikulum ini dikembangkan oleh Beaucamp seorang
ahli kurikulum. Dia mengemukakan lima
hal dalam dalam pengembangan suatu kurikulum.
a.
Menetapkan arena atau lingkup
wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tsb, apakah suatu sekolah,
kecamatan, kabupaten, provinsi ataupun seluruh Negara.
b.
Menetapkan personalia,
yaitu orang yang terlibat dalam pengembangan kurikulum, ada 4 kategori orang
yang terlibat yaitu; 1) para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat
pengembangan kurikulum.2) Para ahli pendidikan
dari perguruan tinggi/sekolah dan para guru.3)para professional system
pendidikan.4)professional lain da tokoh masyarakat.
c.
Organisasi dan prosedur
pengembangan kurikulum. Berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam
merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi pengaaman
belajar,evaluasi dan menentukan keseluruhan desain kurikulum.
d.
Implementasi(pelaksanaan)
kurikulum.memerlukan kesiapan yang menyeluruh baik guru, siswa, fasilitas
bahan maupun biaya dan administrator.
e.
Evaluasi kurikulum.
Mencakup 1) evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh para guru.2)evaluasi
desain kurikulum.3)evaluasi hasil belajar siswa.4)evaluasi keseluruhan system
kurikulum.[11]
4. The Demonstration model
Model ini diprakarsai oleh sekelompok guru atau sekelompok guru
bekerjasama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Ada dua variasi pada model
ini.
·
Sekelompok guru/sekolah
ditunjuk oleh instansi pendidikan yang
berwenang seperti kakanwildikbud, untuk melaksanakan suatu percobaan
tentang pengembangan kurikulum yang hasilnya diharapkan dapat digunakan bagi
lingkungan yang lebih luas.
·
Bentuk kedua ini kurang
bersifat formal, yaitu guru yang yang kurang puas dengan pengembangan kurikulum
yang ada , lalu mereka mencoba mengadakan penelitian dan pengembangan sendiri,
dan diharapkan hasilnya dapat digunakan didaerah yang lebih luas.
Ada
beberapa kebaikan pada model ini;
-
kurikulum dilaksanakan pada
situasi yang nyata. Sehingga lebih praktis.
-
Perubahan kurkulum berskala
kecil/khusus sedikit sekali ditolak oleh administrator.
-
Menempatkan guru sebagai pengambil
inisiatif dan nara
sumber yang mendorong administrator untuk mengembangkan program baru.[12]
5. Taba`s Inverted model.
Menurut cara yang bersifat tradisional pengembangan kurikulum dilakukan
secara deduktif dengan urutan:
a.
Penentuan prinsip-prinsip dan
kebijaksanaan dasar.
b.
Merumuskan desain kurikulum yang
bersifat menyeluruh didasarkan atas komitmen-komitmen tertentu.
c.
Menyusun unit-unit kurikulum
sejalan dengan desain yang menyeluruh.
d.
Melaksanakan kurikulum didalam
kelas .
Menurut Taba
metode ini kurang cocok, sebab tidak merangsang timbulnya inovasi-inovasi.
Ada lima
langkah pengembangan kurikulum model
ini,
·
Mengadakan unit-unit
experiment bersama guru-guru. Ada
8 langkah dalam kegiatan ini;
1). Mendiagnosis kebutuhan
2). Merumuskan tujuan-tujuan
khusus,
3). Memilih isi.
4). Mengorganisasi isi,
5). Memilih pengalaman belajar,
6). Mengorganisasi pengalamn
belajar,
7). Mengevaluasi,
8). Melihat sekuens dan
keseimbangan .
·
Menguji unit experiment,
·
Mengadakan revisi dan
konsolidasi,
·
Pengembangan keseluruhan
kerangka kurikulum.
·
Implementasi dan
diseminasi.[13]
6. Roger`s Interpersonal
relation model.
Dia berpendapat, bahwa pendidikan tidak lain merupakan upaya untuk
membantu memperlancar dan mempercepat perubahan individu, karena dia mempunyai
kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri, tetapi karena ada
hambatan-hambatan tertentu sehingga ia membutuhkan orang lain untuk
memperlancar perubahan tersebut. Guru serta pendidik lainnya bukan pemberi
informasi apalagi penentu perkembangan anak, mereka hanya pendorong dan
pemelancar perkembangan anak.
Ada 4 langkah
pengembangan kurikulum model ini.
a. pemilihan target dari system pendidikan.
b. Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif.
c. Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk untuk atu
kelas atau unit pelajaran.
d. Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok.
Model pengembangan kurikulum dari Rogers
ini berbeda dengan model-model lainnya,. Sepertinya tidak ada suatu perencanaan kurikulum
tertulis , yang ada hanyalah rangkaian kegiatan kelompok. Itulah ciri khas Carl
Rogers sebagai seorang Eksistensialis humanis, ia tidak mementingkan
formalitas, rancangan tertulis, data dsb. Bagi Rogers yang penting adalah
aktivitas dann interaksi. Berbagai bentuk aktivitas dalam interaksi ini
individu akan berubah. Metode pendidikan yang diutamakan Rogers adalah sesitvity training, encounter
group and training group(T group) [14]
6. The systematic
action-research model.
Model ini menekankan pada tiga hal yaitu: hubungan insani, sekolah dan
organisasi masyarakat.
Kurikulum dikembangkan dalam konteks harapan warga masyarakat, para
orang tua, tokoh masyarakat, pengusaha, siswa, guru dll, mempuyai pandangan
tentang bagaimana pendidikan, bagaimana anak belajar, dan bagaimana peranan
kurikulum dalam pendidikan dan pengajaran.
Ada
beberapa langkah dalam model ini;
1
mengadakan kajian secara seksama
tentang masalah-masalah kurikulum ,pengumpulan data, identifikasi
factor-faktor, kekuatan dan kondisi yang mempengaruhi masalah tersebut.
2
Implementasi dari keputusan yang
diambil dalam tindakan pertama.
8.Emerging technical models
Model ini
terbagi 3;
1. The behavioranalysis model, menekankan penguasaan atau prilaku
atau kemampuan.
2. The system Analysis model, berasal dai gerakan bisnis.
3. the computer – based model suatu model pengembangan dengan
memanfaatkan computer.[15]
PRINSIP-PRINSIP
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Kurikulum
merupkan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang
disediakan bagi siswa di sekolah. Dlam kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai,
pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Rancangan ini disusun dengan maksud
memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikanm dalam proses pembimbingan
perkembangan siswa, mencapai yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga,
upun masyarakat.
·
PRINSIP-PRINSIP UMUM
1. Relevansi.
Relevansi ini
terbagi 2 yaitu
a.
Relevansi ke luar maksudnya
tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan
denga tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat.
b.
Relevansi kedalam; yaitu ada
kesesuaian antara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses
penyampaian dan penilaian.
2.
Praktis, mudah dilaksanakan,
menggunakan alat-alat sederhana dan biaya juga murah(efesiensi)
3. Fleksibelitas.
4. Efektivitas, keberhasilan juga harus diperhatikan.
·
PRINSIP-PRINSIP
KHUSUS
1. Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan.
Perumusan
tujuan bersumber pada :
i.
Ketentuan dan kebijakan
pemerintah.
ii.
Survai mengenai persepsi orang
tua/masyarakat tentang kebutuha mereka.
iii.
Survai tentang pandangan para ahli
dalam bidang tertentu.
iv.
Survai tentang manpower.
v.
Pengalaman Negara-negara lain.
vi.
Penelitian.
2. Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan.
a.
Perlu penjabaran tujuan pendidikan
kedalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana.
b.
Meliputi segi pengetahuan, sikap
dan keterampilan.
c.
Urutan yang logis.
3. Prinsip berkenaan dengan
pemilihan proses belajar-mengajar.
Yang perlu
diperhatikan adalah apakah metode dan teknik belajar mengajar
- cocok untuk mengaarkan bahan pelajaran.
- Bervariasi
- Urutan kegiatan yang bertingkat
- Mencapai tujuan kognitif, afektif dan psikomotor.
- Mengaktifkan siswa.
- Mendorong kemampuan baru.
- Menimbulkan jalinan kegiatan belajar disekolah dan dirumah.
4 . Prinsip berkenaan dengan
pemilihan media dan alat pengajaran .
-
Alat apa yang diperlukan. Sudahkah
tersedia.
-
Pembuatan alat, siapa yang
membuatnya, berapa biayanya dll.
-
Pengorganisasian alat pengajaran.
-
Bagaimana pengintegrasiannya pada
semua pelajaran.
-
Penggunaan multi media.
5. Prinsip berkenaan dengan
pemilihan kegiatan penilaian.
1. Dalam penyusunan test hendaknya di ikuti langkah-langkah sbb.
-
Rumuskan tujuan pendidikan umum.
-
Mencakup tiga ranah.
-
Uraikan dalam bentuk tingkah laku
murid yang dapat di amati.
-
Hubungkan dengan bahan pelajaran.
-
Tulis butir-butir test.
2. Dalam merencanakan suatu penilaian hendaknya diperhatikan:
-
bagaimana kelas, usia, tingkat
kemampuan.
-
Berapa lama waktu yang dibutuhkan.
-
Bentuk test uraian atau objective.
-
Apakahh test tersebut di
asministrasikan okah guru dan murid.
3. Dalam pengolahan hasil penilaian hendaknya diperhatikan.
-
Norma apa yang digunakan dalam
pengolahan test.
-
Apakah mengunakan formula
quessing?
-
Bagaimana pengubahan skor ke skor
masak.?
-
Skor standar apa yang digunakan?
-
Untuk apa hasil test digunakan.[16]
LEMBAGA DAN APARAT PENGEMBANG KURIKULUM
PENDIDIKAN BAHASA
ARAB.
Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut
berpartisipasi yaitu:
·
Administrator pendidikan.
·
Ahli pendidikan
·
Ahli kurikulum
·
Ahli bidang ilmu
pengetahuan
·
Guru-guru,dan
·
Orang tua murid
1.
Administrator pendidikan.
Para administrator pendidikan ini terdiri dari:
-
Direktur bidang pendidikan.
-
Pusat pengembangan kurikulum
-
Kepala kantor wilayah
-
Kepala kantor kabupaten dan kecamatan
-
Kepala sekolah[17]
-
Guru Bahasa Arab
[1]
Drs.Abdullah Idi, M.Ed. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.Gaya media.
Jakarta.1999. hal.12
[2] Prof.Dr.
Nana Syaodih Sukandinata. Pengembangan Kurikulum teori dan praktik.PT.remaja
Rosdakarya.Bandung.2005.hal.102.
[3] Ibid.
hal.12.
[4] Ibid.
hal 104.
[5] Ibid
.hal 106
[6] Drs.H.Syaifuddin
Sabda, M.Ag, Model Kurikuum Terpadu Iptek & Imtaq.Quantum
Teaching.Ciputat.2006,hal.78-84.
[7] Ibid.hal
107-108.
[8] Ibid.hal
108-109.
[9] Ibid
hal.161-162.
[10] Ibid
hal.162-163.
[11] Ibid
hal.163-165.
[12] Ibid
hal 165-166.
[13] Ibid
hal 166-167.
[14] Ibid hal
167-169
[15] Ibid
hal.170.
[16]
Ibid.hal 150-155.
[17]
Ibid.hal 155.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar