Selasa, 28 April 2015

KOMPONEN/ANATOMI KURIKULUM




Para pemikir pendidikan mempunyai ragam dalam menentukan jumlah komponen tsb. Meskipun pada dasarnya pemahamannya hampir sama.
Subandijah (1993: 4) membagi kurikulum menjadi :
·         Tujuan
·         Isi/materi
·         Organisasi/strategi
·         Media
·         Komponen proses belajar

Soetopo & soemanto (1993:26-28) membagi komponen kurikulum atas:
·         Tujuan
·         Isi / struktur program
·         Organisasi & strategi
·         Sarana
·         Evaluasi[1]



Anatomi tubuh kurikulum menurut Prof.Dr.Nana Syaodih S. adalah:
  • Tujuan
  • Isi atau materi
  • Proses atau penyampaian dan media
  • Evaluasi.

Kurikulum harus memepunyai relevansi/ kesesuaian dalam 2 hal:
    1. kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kondisi dan perkembangan masyarakat.
    2. Kesesuaian antara komponen/anatomi kurikulum.[2]

Sedang komponen penunjang kurikulum mencakup:
1.      system administrasi dan supervise
2.      Pelayanan bimbingan & penyuluhan.
3.      Sistem evaluasi

  1. TUJUAN.

Tujuan adalah hal yang paling penting , yakni hal yang ingin dicapai secara keseluruhan meliputi tujuan domain kognitif, afektif & psikomotor.
Tujuan pendidikan yang berkaitan dengan perwujudan domain-domain anak didik di upayakan melalui suatu proses pendidikan , yang kalau dibuat secara berurutan ,tujuan pendidikan itu sbb:
  1. Tujuan Pendidikan Nasional.
  2. Tujuan Institusional.
  3. Tujuan Kurikuler.
  4. Tujuan Instruksional
-          Tujuan Instruksional Umum
-          Tujuan Instruksional Khusus.[3]

·         Tujuan pendidikan Nasional adalah tujuan jangka panjang, tujuan ideal pendidikan bangsa Indonesia.
·         Tujuan Institusional merupakan sasaran pendidikan suatu lembaga pendidikan.
·         Tujuan kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh sesuatu program studi.
·         Tujuan Instruksional merupakan target yang harus oleh sesuatu mata pelajaran.
·         Tujuan instruksional umum/ khusus adalah tujuan pokok bahasan. Yaitu sasaran-sasaran khusus yang lebih konkrit, sempit, dan terbatas.

Dalam kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas, tujuan-tujuan khusus lebih diutamakan, karena lebih jelas dan mudah pencapaiannya, karena ojektive dan bersifat operasional.Tujuan demikian akan menggambarkan “ what will the student be able to do as a result of the teaching that he was unable to do before” (Rowntree,1974:5) .
Tujuan –tujuan mengajar dibedakan atas beberapa kategori,sesuai dengan prilaku yang menjadi sasarannya;
·         Gage and Briggs mengemukakan lima kategori tujuan, yaitu intellectual skills, cognitive strategies, verbal information, motor skiils and attitudes(1974, hlm.23-24).
·         Bloom mengemukakan tiga kategori tujuan sesuai dengan domain-domain prilaku individu , yaitu domain kognitif(intelektual atau berfikir), afektif(penguasaan dan pengembangan perasaan, sikap,minat dan nilai-nilai), dan psikomotor (penguasaan dan pengembangan keterampilan motorik).

Bloom (1975) membagi domain kognitif atas enam tingkatan dari yang paling rendah , yaitu:
-          pengetahuan.
-          Pemahaman.
-          Aplikasi
-          Analisis
-          Sintesis
-          Evaluasi

Untuk domain afektif Krathwohl dan kawan-kawan (1974) membaginya tas 5 tingkatan yang juga berjenjang, yaitu:
-          menerima
-          merespon
-          menilai
-          mengorganisasi nilai, dan
-          karakterisasi nilai-nilai.

Untuk domain Psikomotor, Anita Harrow (1971) membaginya atas 6 jenjang yaitu:
-          Gerak refleks
-          Gerakan-gerakan dasar.
-          Kecakapan mengamati
-          Kecakapan jasmaniah
-          Gerakan-gerakan keterampilan dan
-          Komunikasi yang berkesinambungan.[4]

  1. BAHAN AJAR

Siswa belajar dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya, linkungan orang-orang, alat-alat, dan ide-ide. Tugas utama guru adalah menciptakan lingkungan tersebut, untuk mendorong siswa melakukan interaksi yang produktif dan memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan.

    1. Sekuens Bahan Ajar

Untuk mencapai tiap tujuan mengajar yang telah ditentukan diperlukan bahan ajar. Bahan ajar tersusun dari topik-topik dan sub-subtopik tertentu. Tiap topic dan subtopic mengandung ide-ide yang relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Topic dan subtopic tsb tersusun dalam sekuens tertentu yang mebentuk suatu sekuens bahan ajar .
Ada beberapa cara untuk menyusun sekuens bahan ajar, yaitu:

    1. sekuens kronologis; untuk menyusun bahan ajar yang mengandung urutan waktu. Seperti sejarah,pperkembangan historis suatu institusi dll
    2. Sekuens Kausal; siswa dihadapkan pada peristiwa-peristiwa atau situasi yag menjadi sebab atau pendahulu dari suatu peristiwa atau situasi lain. Menurut Rowntree (1974: 75) “ sekuens kausal cocok untu menyusun bahan ajar dalam meteorology dan geomorfologi .
    3. sekuens structural; Bagian bgian bahan ajar suatu bidang study telah mempunyai struktur tertentu artinya disesuaikan dengan struktur bidang studi itu.
    4. sekuens logis dan psikologis  ; Menurut sekuens logis bahan ajar dimulai dari    bagian menuju pada keseluruhan, dari yang sederhana kepada yang kompleks. Sedang menurut sekuens psikologi sebaliknya dari keseluruhan kepada bagian, dari kompleks kepada yang sederhana.( Rowntree1974:77)
    5. Sekuens spiral ; dikembangkan oleh Bruner(1960) , Bahan ajar dipusatkan pada topic atau pokok bahan tertentu. Dari pokok atau topik itu bahan di perluas dan diperdalam.(kompleks).
    6. Rangkaian ke belakang(backward chaining)/ Regresif;  langkah ini dimulai dengan langkah terakhir dan mundur kebelakang, seperti pada pelajaran sejarah.
    7. Sekuens berdasarkan hierarki belajar ; prosedurnya adalah : tujuan khusus utama di analisis kemudian dicari urutan bahan ajar untuk mencapai tujuan tsb. Yaitu apa yang mula-mula harus dikuasai siswa berturut-turut sampai perilaku terakhir.[5]

Disamping itu Drs.H. Syaifuddin Sabda.MAg dalam bukunya Model Kurikulum Terpadu Iptek & Imtaq juga terdapat macam-macam sekuen sbb:
1.      Fragmented; yang berarti pemecahan yaitu pemisahan yang tegas antara berbagai bidang study.
2.      Connected; atau penghubungan dalam model ini adalah dalam bentuk penghubungan topic dengan topic berikutnya,
3.      Nested ; model nested juga masih dibangun dalam bentuk sparated subject matter(materi yang terpisah-pisah) oleh karena itu model ini dilakukan terbatas  pada satu bidang studi saja.
4.      Sequenced ; berarti urutan , penghubungan keduanya(antara dua bidang studi), namun masih terbatas dan belum benar-benar menjadi sebuah kesatuan yang utuh. Seperti pada pelajaran IPA dan Agama Islam, ide atau konsep yang sama dasajikan pada waktu yang sama atau berdekatan.
5.      Shared ; berarti kerjasama , maka pola sekuen pada materi dalam model ini ditur dengan cara menggabungkan materi yang ada pada dua bidang studi atau mata pelajaran baik itu konsep, sikap dan keterampilan yang memiliki kesamaan atau overlapping digabungkan untuk saling melengkapi dan mendukung.
6.      Webbed; model ini menggabungkan berbagai mata pelajaran atau bidang studi dengan menggunakan sebuah tema subur(fertile theme) untuk menjaring konsep, topic dan ide-ide yang dianggap penting.
7.      Threaded; berarti rangkaian  , maka model sekuen ini merangkai berbagai materi bahasan pada berbagai bidang studi untuk melatihkan satu atau beberapa bentuk keterampilan(skill) seperti thingking skills, social skills, multiple intelegentces, technology and study skills. 
8.      Integrated; model ini melibatkan banyak mata pelajaran/bidang studi yang dikokohkan dalam sebuah team teaching. Model ini didesain dengan mencari konsep, skills dan attitudes yng operlaping pada berbagai mata pelajaran yang kemudian dijadikan sebagai prioritas.
9.      Immersed; model ini berfokos pada pada kerja siswa/maha siswa(learner). Sekuens materi diatur secara mandiri oleh siswa/mahasiswa yang bersangkutan sesuai dengan topic dan rangkaian aktivitas kajian yang dipilih dan direncanakan.
10.  Networked; model ini sama halnya dengan model Immersed hanya saja model ini melibatkan juga beberapa pakar yang terkait untuk mendukung proyek kajiannya .[6]

3. STRATEGI MENGAJAR
Ada beberapa strategi mengajar yang dapat digunakan dalam mengajar. Rowntree (1974: 93-97) membagi strategi mengajar menjadi :

1.      Reception/ Exposition Learning – Discovery Learning(Ausubel and Robinson(1969 : 43-45).
Reception dan exposition sesungguhnya mempunyai makna yang sama, hanya berbeda pelakunya. Reception dilihat dari sisi siswa sedang exposition diihat dari sisi guru. Dalam kedua istilah ini keseluruhan bahan ajar disampaikan kepada siswa dalam bentuk akhir atau bentuk jadi, baik secara lisan maupun tertulis. Siswa tidak dituntut  untuk mengolah maupun melakukan aktivitas lain kecuali menguasainya. Dalam discovery learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntuk untuk melakukan berbagai kegiatan  menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan , menganalisis, mengintegrasikan dll.

2.      Rote Learning- Meaningful Learning

Dalam rote learning bahan ajar disampaikan kepada siswa tanpa memperhatikan arti atau maknanya bagi siswa. Siswa menghapal materi. Dalam meaningful learning penyampaian bahan mengutamakan maknanya bagi siswa. Yakni jika bahan ajar berhubungan dengan struktur kognitif yang ada pada siswa , yaitu terdiri atas fakta-fakta, data, konsep, preposisi, dalil, hukum dan teori-teori yang telah dikuasai siswa sebelumnya.


3.      Group Learning- Individual lerning.

Pelaksanaannya menuntut aktvitas belajar yang bersifat individual atau kelompok kecil.Strategi ini agak sukar jika dilaksanakan dikelas. Masalahnya karena kemampuan dan keceptan balajar tidak sama, masalah lain jika siswanya banyak mungkin ada yang hanya menunggu dan nonton saja.[7]


4. MEDIA MENGAJAR

Media mengajar merupakan segala macam bentuk perangsang dan alat yang disediakan untuk mendorong siswa belajar.Rowntree (1974 : 104-113) mengelompokkan media mengajar menjadi lima macam dan disebut Modes yaitu:
a.                    Interaksi insani: seperti komunikasi, dan komunikasi nonverbal seperti perilaku, penampilan fisik, roman muka, gerak, sikap dll.
b.                    Realita: yaitu objek pengamatan seperti orang, binatang, benda-benda, peristiwa dsb.
c.                    Pictorial : seperti gambar, diagram, symbol baik bergerak atau tidak, dibuat diatas kertas, kaset, film,disket,dll.
d.                   Simbol tertulis : seperti buku teks, buku paket, modul,dll.
e.                    Rekaman suara. Brerbagai bentuk informasi dalam bentuk rekaman suara.[8]

5. EVALUASI PENGAJARAN

Evaluasi bertujuan untuk menilai pencapaian dan proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan. Tiap kegiatan akan memberikan umpan balik , demikian juga dalam pencapaian tujuan belajar dan proses pelaksanaan mengajar. Umpan balik tsb digunakan untuk mengadakan berbagai usaha penyempurnaan baik bagi penentuan dan perumusan tujuan mengajar, penentuan sekuens bahan ajar, strategi, dan media mengajar.


MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

  1. The Administrative Model
Inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari para administrator pendidikan( dirjen, direktur, atau kepala kantor wilayah) dan menggunakan prosedur administrasi. Mereka membentuk suatu tim yang terdiri atas pejabat dibawahnya, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu dll yng merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan kebijakan dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum.[9]

  1. The Grass Roots model.

Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum bukan datang dari atas, tapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Dalam hal ini para guru atau sekolah mengadakan pengembangan dan penyempurnaan dalam hal berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang study. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana dan paling tahu dengan kebutuhan kelasnya.[10]

  1. Beaucamp`s system.

Model pengembangan kurikulum ini dikembangkan oleh Beaucamp seorang ahli kurikulum. Dia mengemukakan lima hal dalam dalam pengembangan suatu kurikulum.
a.                    Menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tsb, apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten, provinsi ataupun seluruh Negara.
b.                    Menetapkan personalia, yaitu orang yang terlibat dalam pengembangan kurikulum, ada 4 kategori orang yang terlibat yaitu; 1) para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum.2) Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi/sekolah dan para guru.3)para professional system pendidikan.4)professional lain da tokoh masyarakat.
c.                    Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi pengaaman belajar,evaluasi dan menentukan keseluruhan desain kurikulum.
d.                   Implementasi(pelaksanaan) kurikulum.memerlukan kesiapan yang menyeluruh baik guru, siswa, fasilitas bahan maupun biaya dan administrator.
e.                    Evaluasi kurikulum. Mencakup 1) evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh para guru.2)evaluasi desain kurikulum.3)evaluasi hasil belajar siswa.4)evaluasi keseluruhan system kurikulum.[11]

4. The Demonstration model
Model ini diprakarsai oleh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerjasama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Ada dua variasi pada model ini.
·         Sekelompok guru/sekolah ditunjuk oleh instansi pendidikan yang  berwenang seperti kakanwildikbud, untuk melaksanakan suatu percobaan tentang pengembangan kurikulum yang hasilnya diharapkan dapat digunakan bagi lingkungan yang lebih luas.
·         Bentuk kedua ini kurang bersifat formal, yaitu guru yang yang kurang puas dengan pengembangan kurikulum yang ada , lalu mereka mencoba mengadakan penelitian dan pengembangan sendiri, dan diharapkan hasilnya dapat digunakan didaerah yang lebih luas.

Ada beberapa kebaikan pada model ini;
-          kurikulum dilaksanakan pada situasi yang nyata. Sehingga lebih praktis.
-          Perubahan kurkulum berskala kecil/khusus sedikit sekali ditolak oleh administrator.
-          Menempatkan guru sebagai pengambil inisiatif dan nara sumber yang mendorong administrator untuk mengembangkan program baru.[12]

5. Taba`s Inverted model.
Menurut cara yang bersifat tradisional pengembangan kurikulum dilakukan secara deduktif dengan urutan:
a.       Penentuan prinsip-prinsip dan kebijaksanaan dasar.
b.      Merumuskan desain kurikulum yang bersifat menyeluruh didasarkan atas komitmen-komitmen tertentu.
c.       Menyusun unit-unit kurikulum sejalan dengan desain yang menyeluruh.
d.      Melaksanakan kurikulum didalam kelas .

Menurut Taba metode ini kurang cocok, sebab tidak merangsang timbulnya inovasi-inovasi.
Ada lima langkah pengembangan  kurikulum model ini,
·         Mengadakan unit-unit experiment bersama guru-guru. Ada 8 langkah dalam kegiatan ini;
1). Mendiagnosis kebutuhan
2). Merumuskan tujuan-tujuan khusus,
3). Memilih isi.
4). Mengorganisasi isi,
5). Memilih pengalaman belajar,
6). Mengorganisasi pengalamn belajar,
7). Mengevaluasi,
8). Melihat sekuens dan keseimbangan .
·         Menguji unit experiment,
·         Mengadakan revisi dan konsolidasi,
·         Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum.
·         Implementasi dan diseminasi.[13]




6. Roger`s Interpersonal relation model.
Dia berpendapat, bahwa pendidikan tidak lain merupakan upaya untuk membantu memperlancar dan mempercepat perubahan individu, karena dia mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang sendiri, tetapi karena ada hambatan-hambatan tertentu sehingga ia membutuhkan orang lain untuk memperlancar perubahan tersebut. Guru serta pendidik lainnya bukan pemberi informasi apalagi penentu perkembangan anak, mereka hanya pendorong dan pemelancar perkembangan anak.

Ada 4 langkah pengembangan kurikulum model ini.
a.       pemilihan target dari system pendidikan.
b.      Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif.
c.       Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk untuk atu kelas atau unit pelajaran.
d.      Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok.

Model pengembangan kurikulum dari Rogers ini berbeda dengan model-model lainnya,. Sepertinya  tidak ada suatu perencanaan kurikulum tertulis , yang ada hanyalah rangkaian kegiatan kelompok. Itulah ciri khas Carl Rogers sebagai seorang Eksistensialis humanis, ia tidak mementingkan formalitas, rancangan tertulis, data dsb. Bagi Rogers yang penting adalah aktivitas dann interaksi. Berbagai bentuk aktivitas dalam interaksi ini individu akan berubah. Metode pendidikan yang diutamakan Rogers adalah sesitvity training, encounter group and training group(T group) [14]

6. The systematic action-research model.
Model ini menekankan pada tiga hal yaitu: hubungan insani, sekolah dan organisasi masyarakat.
Kurikulum dikembangkan dalam konteks harapan warga masyarakat, para orang tua, tokoh masyarakat, pengusaha, siswa, guru dll, mempuyai pandangan tentang bagaimana pendidikan, bagaimana anak belajar, dan bagaimana peranan kurikulum dalam pendidikan dan pengajaran.
Ada beberapa langkah dalam model ini;
1        mengadakan kajian secara seksama tentang masalah-masalah kurikulum ,pengumpulan data, identifikasi factor-faktor, kekuatan dan kondisi yang mempengaruhi masalah tersebut.
2        Implementasi dari keputusan yang diambil dalam tindakan pertama.

8.Emerging technical models
Model ini terbagi 3;
1.      The behavioranalysis model, menekankan penguasaan atau prilaku atau kemampuan.
2.      The system Analysis model, berasal dai gerakan bisnis.
3.      the computer – based model suatu model pengembangan dengan memanfaatkan computer.[15]

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

Kurikulum merupkan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Dlam kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikanm dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga, upun masyarakat.

·         PRINSIP-PRINSIP UMUM

1.      Relevansi.

Relevansi ini terbagi 2 yaitu
a.                    Relevansi ke luar maksudnya tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan denga tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat.
b.                    Relevansi kedalam; yaitu ada kesesuaian antara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian.
2.      Praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biaya juga murah(efesiensi)
3.      Fleksibelitas.
4.      Efektivitas, keberhasilan juga harus diperhatikan.

·         PRINSIP-PRINSIP KHUSUS

1.      Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan.

Perumusan tujuan bersumber pada :
                                      i.      Ketentuan dan kebijakan pemerintah.
                                    ii.      Survai mengenai persepsi orang tua/masyarakat tentang kebutuha mereka.
                                  iii.      Survai tentang pandangan para ahli dalam bidang tertentu.
                                  iv.      Survai tentang manpower.
                                    v.      Pengalaman Negara-negara lain.
                                  vi.      Penelitian.

2.      Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan.

a.                    Perlu penjabaran tujuan pendidikan kedalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana.
b.                    Meliputi segi pengetahuan, sikap dan keterampilan.
c.                    Urutan yang logis.

3. Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar-mengajar.

Yang perlu diperhatikan adalah apakah metode dan teknik belajar mengajar    
-    cocok untuk mengaarkan bahan pelajaran.
-    Bervariasi
-    Urutan kegiatan yang bertingkat
-    Mencapai tujuan kognitif, afektif dan psikomotor.
-    Mengaktifkan siswa.
-    Mendorong kemampuan baru.
-    Menimbulkan jalinan kegiatan belajar disekolah dan dirumah.

4 . Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran .

-          Alat apa yang diperlukan. Sudahkah tersedia.
-          Pembuatan alat, siapa yang membuatnya, berapa biayanya dll.
-          Pengorganisasian alat pengajaran.
-          Bagaimana pengintegrasiannya pada semua pelajaran.
-          Penggunaan multi media.

5. Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.

1.      Dalam penyusunan test hendaknya di ikuti langkah-langkah sbb.

-          Rumuskan tujuan pendidikan umum.
-          Mencakup tiga ranah.
-          Uraikan dalam bentuk tingkah laku murid yang dapat di amati.
-          Hubungkan dengan bahan pelajaran.
-          Tulis butir-butir test.


2.      Dalam merencanakan suatu penilaian hendaknya diperhatikan:

-          bagaimana kelas, usia, tingkat kemampuan.
-          Berapa lama waktu yang dibutuhkan.
-          Bentuk test uraian atau objective.
-          Apakahh test tersebut di asministrasikan okah guru dan murid.

3.      Dalam pengolahan hasil penilaian hendaknya diperhatikan.

-          Norma apa yang digunakan dalam pengolahan test.
-          Apakah mengunakan formula quessing?
-          Bagaimana pengubahan skor ke skor masak.?
-          Skor standar apa yang digunakan?
-          Untuk apa hasil test digunakan.[16]

LEMBAGA DAN  APARAT PENGEMBANG KURIKULUM
PENDIDIKAN BAHASA ARAB.

Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi yaitu:
·         Administrator pendidikan.
·         Ahli pendidikan
·         Ahli kurikulum
·         Ahli bidang ilmu pengetahuan
·         Guru-guru,dan
·         Orang tua murid

1.      Administrator pendidikan.

Para administrator pendidikan ini terdiri dari:
-    Direktur bidang pendidikan.
-  Pusat pengembangan kurikulum
-  Kepala kantor wilayah
-  Kepala kantor kabupaten dan kecamatan
-  Kepala sekolah[17]
-  Guru Bahasa Arab

  






[1] Drs.Abdullah Idi, M.Ed. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.Gaya media. Jakarta.1999. hal.12
[2] Prof.Dr. Nana Syaodih Sukandinata. Pengembangan Kurikulum teori dan praktik.PT.remaja Rosdakarya.Bandung.2005.hal.102.
[3] Ibid. hal.12.
[4] Ibid. hal 104.
[5] Ibid .hal 106
[6] Drs.H.Syaifuddin Sabda, M.Ag, Model Kurikuum Terpadu Iptek & Imtaq.Quantum Teaching.Ciputat.2006,hal.78-84.
[7] Ibid.hal 107-108.
[8] Ibid.hal 108-109.
[9] Ibid hal.161-162.
[10] Ibid hal.162-163.
[11] Ibid hal.163-165.
[12] Ibid hal 165-166.
[13] Ibid hal 166-167.
[14] Ibid hal 167-169
[15] Ibid hal.170.
[16] Ibid.hal 150-155.
[17] Ibid.hal 155.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar